1. Analisis Quantitative Jenis CR (Critically Endangered) dan RTE (Rare, threatened and Endangered)
Analisis Quantitative Jenis CR dan RTE adalah membandingkan jumlah pohon yang ditebang dengan jumlah pohon inti yang dipertahankan. Monitoring dilakukan pada Blok RKT 2023 sebanyak 10 petak sampling dengan total plot ukur sebanyak 500 PU dengan hasil terdapat 2 jenis CR yaitu meranti putih (Shorea lamellata) dan mayau (Shorea palembanica) dan 10 jenis RTE yaitu bangkirai (Shorea laevifolia), melapi (Hopea sangal), meranti kuning (Shorea accuminatissima), keruing (Dipterocarpus crinitus), mersawa (Anisoptera costata), durian burung (Durio acutifolius), mentawa (Artocarpus anisophyllus), ulin (Eusideroxylon zwageri), pekawai (Durio kutejensis) dan punuk (Tetramerista glabra) sehingga semua jenis CR dan RTE pohon inti berdiameter 20-49 cm jumlahnya sama atau lebih banyak dibandingkan jumlah pohon produksi (50 cm up) sehingga membentuk model kurva J terbalik. Hal ini mengimplikasikan bahwa walaupun pohon produksi ditebang namun pohon inti dengan kelas umur dibawahnya akan menggantikan posisinya menempati stratum teratas dalam ekosistem hutan tersebut, sehingga asas kelestarian hutan akan terjaga serta kerapatan/ potensi dan jumlah pohon inti dari kelompok komersil maupun keseluruhan, masih cukup banyak dan memenuhi atau melebihi ambang syarat minimal ketentuan TPTI.
2. Analisis Kerusakan Tegakan Tinggal di Areal Eks Tebangan
Analisis Kerusakan Tegakan Tinggal yang diakibatkan kegiatan produksi (penebangan dan penyaradan) dilaksanakan pada eks Blok RKT 2022 sebanyak 20 petak sampling dengan total plot ukur sebanyak 500 PU dengan hasil kerusakan tegakan tinggal pada tingkat permudaan semai 7,34%, pancang 9,86%, tiang 13,40% dan pada tingkat pohon 5,89% dengan rata-rata tingkat kerusakan sebesar 9,12% sehingga kerusakannya ≤ 20% termasuk kedalam Kategori Rendah. Hal ini membuktikan penerapan RIL dalam kegiatan pemanenan hutan berpengaruh signifikan terhadap efektifitas dalam mengurangi tingkat kerusakan tegakan tinggal. Struktur tegakan / kerapatan (N/Ha) dan jumlah permudaan (N) di Blok RKT 2022 eks tebangan tahun 2022 telah melebihi syarat kecukupan permudaan, baik pada lokasi sebelum penebangan maupun setelah penebangan. Jenis-jenis kelompok komersil mendominasi struktur tegakan/kerapatan pada tingkatan pohon, tiang, pancang dan semai pada areal Blok RKT 2022.
3. Analisis Keanekaragaman Satwa di Areal Eks Tebangan
Analisis Keanekaragaman Satwa metode Line Transect dilaksanakan pada eks Blok RKT 2022 sebanyak 20 petak sampling dengan total plot ukur sebanyak 500 PU dan panjang transek 10.000 meter dengan hasil keanekaragaman satwa 40 jenis terdiri dari 14 jenis mamalia, 17 jenis burung dan 9 jenis herpetofauna, dengan densitas atau kepadatan individu secara keseluruhan adalah 15,34 individu/Ha terdiri dari kelompok mamalia 4,66 individu/Ha, kelompok burung 10,03 individu/Ha dan kelompok herpe-tofauna 0,65 individu/Ha. Jumlah sarang orangutan sebanyak 23 sarang dengan kelas sarang terbanyak yang diketemukan adalah sarang kelas III serta estimasi kepadatan sarangnya adalah 58 sarang/Km2 dengan estimasi densitas orangutan atau kepadatan individunya adalah 0,1873 individu/Km2 atau 0,0019 individu/Ha. Indeks Keanekaragaman Jenis (H’) semua kelompok satwa dari mamalia, burung dan herpetofauna serta rerata keseluruhan termasuk kategori Tinggi, artinya jumlah jenis satwa sangat banyak keanekaragaman jenisnya di dalam komunitas hutan. Indeks Kemerataan Jenis (E) semua kelompok satwa dari mamalia, burung dan herpetofauna serta rerata keseluruhan termasuk kategori Tinggi, artinya jenis-jenis satwa hidupnya tersebar merata dalam komunitasnya di dalam areal hutan. Indeks Kekayaan Jenis (R1) semua kelompok satwa dari mamalia, burung dan herpetofauna serta rerata keseluruhan termasuk kategori Tinggi, artinya kelompok satwa tersebut sangat kaya jenisnya di dalam komunitas hutan. Jumlah keseluruhan satwa yang dilindungi ada 22 jenis yaitu terdiri dari 10 jenis mamalia, 8 jenis burung dan 4 jenis herpe-tofauna, sedangkan berdasarkan peraturan nasional dan international terdiri dari 11 jenis yang dilindungi IUCN, 17 jenis yang dilindungi CITES dan 15 jenis yang dilindungi peraturan pemerintah yaitu PP Nomor 7 Tahun 1999 dan Peraturan Menteri LHK Nomor P.106 MENLHK/SETJEN/KUM.1/8/2018.
4. Analisis Vegetasi di Areal Eks Tebangan
Analisis Vegetasi dilaksanakan pada eks Blok RKT 2022 sebanyak 20 petak sampling dengan total plot ukur sebanyak 500 PU dengan hasil jumlah jenis vegetasi tegakan tinggal untuk permudaan tingkat semai 22 jenis, pancang 22 jenis, tiang 35 jenis, pohon 68 jenis dan semua tingkatan dari semai sampai dengan pohon 68 jenis. Sedangkan kerapatan atau potensi vegetasi jenis komersil pada tingkat semai 11.155 btg/Ha, pancang 2.102 btg/Ha, tiang 169 btg/Ha dan pohon 63 btg/Ha yang semuanya melebihi standar minimal kecukupan permudaan tegakan tinggal sehingga tidak perlu dilakukan kegiatan Pengayaan di areal berhutan kurang permudaan, namun bisa melakukan kegiatan Rehabilitasi pada areal terbuka sementara seperti bekas TPn, jalan sarad, jalan cabang, bekas camp atau lokasi terbuka lainnya. Berdasarkan nilai INP, jenis vegetasi yang sangat berperan / berpengaruh di komunitasnya dari tingkat pohon sampai dengan semai adalah jenis medang, meranti merah, ubar dan pisang-pisang. Indeks Dominasi (C) semua tingkatan vegetasi dari tingkat pohon, tiang, pancang dan semai memiliki nilai Indeks Dominasi (C) terkecil, berarti pola penyebaran jenis vegetasinya tersebar, tidak terpusat/mengelompok dengan kata lain dominasi vegetasi secara bersama-sama oleh beberapa jenis. Indeks Keanekaragaman Jenis (H’) semua tingkatan vegetasi dari tingkat pohon, tiang, pancang dan semai termasuk kategori Tinggi, artinya keanekaragaman jenis vegetasinya sangat banyak dalam komunitas vegetasi. Indeks Kemerataan (E) semua tingkatan vegetasi mulai dari tingkat semai, pancang, tiang dan pohon termasuk kategori Tinggi untuk kemerataan atau kelimpahan jenisnya, artinya jenis-jenis pada tingkatan pohon tersebar merata dalam komunitas vegetasi. Indeks Kekayaan Jenis (R1) semua tingkatan vegetasi dari tingkat pohon, tiang, pancang dan semai termasuk kategori Tinggi, artinya kekayaan jenis vegetasinya banyak didalam komunitas Jenis–jenis yang dilindungi oleh pemerintah maupun dunia internasional (IUCN dan CITES) terdapat 11 jenis, terdiri dari 11 jenis yang dilindungi IUCN (1 jenis CR, 1 EN, 9 VU) dan tidak ada jenis dilindungi yang masuk dalam daftar CITES maupun yang dilindungi berdasarkan regulasi pemerintah (PP No.7/1999 dan P.106/2018). Jenis-jenis yang dilindungi oleh pemerintah dan dunia internasional (IUCN dan CITES) yang tergolong kelompok kayu komersil, kebanyakan mempunyai INP > 1 artinya jenis-jenis tersebut tidak langka, malah berperanan penting serta berpenga-ruh pada komunitas hutan. Namun perlu pengelolaan pemanenan yang menerapkan prinsip-prinsip pemanenan ramah lingkungan atau Reduced Impact Logging (RIL) secara berkelanjutan. Jumlah jenis vegetasi nir-kayu anggrek 9 jenis, palem 3 jenis dan tidak diketemukan jenis kantong semar, dengan kerapatan atau potensi vegetasi anggrek 14,20 N/Ha, palem 8,55 N/Ha dan kantong semar nihil. Berdasarkan nilai INP > 15, anggrek ada 5 jenis dan palem 3 jenis termasuk kategori Sangat Berperanan, serta memiliki 2 jenis yang dilindungi yaitu anggrek bulan yang dilindungi CITES Appendix II dan P.106/2018 serta vegetasi daun payung dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri LHK Nomor P.106 / 2018. Tidak ada jenis vegetasi nir-kayu yang dilindungi IUCN.
5. Pengelolaan dan Pemantauan HCV / NKT
Pengelolaan dan pemantauan HCV (High Conservation Value) atau NKT (Nilai Konservasi Tinggi) di areal PT. Suka Jaya Makmur dengan hasil secara keseluruhan masih sesuai kriteria atau ambang yang diperbolehkan (stabil) sehingga tidak memerlukan perubahan rencana kerja areal atau wilayah HCV yang dikelola, kondisinya aman dan terkendali serta tidak terganggu oleh aktivitas ilegal manusia dan kebakaran.
6. Analisis Cuaca
Monitoring dan analisis cuaca dilaksanakan di lokasi pelertakan umbrometer di camp Gunung Bunga (Binhut) Km 48 dan camp Sei Tigal Km 93 selama 1 tahun yaitu 1 Januari – 31 Desember 2022 dengan hasil Curah hujan total di camp Gn. Bunga 4.151,82 Mm / tahun dan di camp Sei Tigal 3.979,96 Mm / tahun serta keseluruhan areal PT. Suka Jaya Makmur 4.065,89 Mm / tahun. Suhu udara di camp Gn. Bunga adalah 24,70 °C pagi hari, 29,89 °C siang hari dan 30,35 °C sore hari sedangkan di camp Sei Tigal adalah 25,22 °C pagi hari, 30,37°C siang hari dan 30,99 °C sore hari. Secara keseluruhan suhu udara di areal PT.Suka Jaya Makmur adalah 24,96 °C pagi hari, 30,13 °C siang hari dan 30,67 °C sore hari. Kelembaban udara di camp Gn. Bunga adalah 98,41% pagi hari, 85,29% siang hari dan 85,45% sore hari sedangkan di camp Sei Tigal adalah 97,56% pagi hari, 83,79% siang hari dan 84,70% sore hari. Secara keseluruhan rerata kelembaban udara di areal PT. Suka Jaya Makmur adalah 97,98% pagi hari, 84,54% siang hari dan 85,07% sore hari. Indeks erosivitas hujan (EI30) di camp Gn. Bunga adalah 4,96 dan di camp Sei Tigal adalah 4,47. Secara keseluruhan rerata indeks erosivitas hujan di areal PT. Suka Jaya Makmur adalah 4,72 yang termasuk kategori tinggi. Indeks ini dipengaruhi oleh jumlah curah hujan rata–rata, jumlah hari hujan dan curah hujan maksimum. Klasifikasi iklim menurut Schmidt & Ferguson (1951) di camp Gn. Bunga dan di camp Sei Tigal adalah tipe A dengan kategori sangat basah (very wet) dengan jumlah 12 bulan basah (BB), 0 bulan lembab (BL) dan 0 bulan kering (BK). Nilai Q 0,000 yaitu hasil pembagian BK : BB. Ini berarti selama kegiatan pemanfaatan hasil hutan di areal PT. Suka Jaya Makmur tidak berdampak mengubah Tipe Iklim.
7. Analisis Erosi
Monitoring dan analisis erosi dilaksanakan pada 3 blok eks tebangan yaitu blok eks tebangan 1 tahun (ET+1), blok eks tebangan 2 tahun (ET+2) dan blok eks tebangan 3 tahun (ET+3) menggunakan metode stick erosi yang diukur 2 kali pada akhir bulan Juni dan Desember selama periode 1 Januari – 31 Desember 2022, dengan hasil erosi secara keseluruhan di areal PT. Suka Jaya Makmur rerata erosi tanah potensial yang terjadi adalah 49,36 Ton/Ha/Thn dengan kategori TBE Ringan, terdiri dari Erosi tanah potensial yang terjadi pada lokasi eks tebangan 1 tahun (Et+1) adalah 58,29 Ton/Ha/Thn dengan kategori TBE Ringan, pada lokasi eks tebangan 2 tahun (Et+2) adalah 48,59 Ton/Ha/Thn dengan kategori TBE Ringan dan pada lokasi eks tebangan 3 tahun (Et+3) adalah 41,19 Ton/Ha/Thn dengan TBE Ringan. Terjadinya penurunan erosi tanah dan penurunan kategori TBE disebabkan adanya kegiatan penanaman/rehabilitasi dan pengelolaan lingkungan.Erosi terkecil terjadi pada lokasi plot vegetasi alam eks tebangan yaitu 32,34 Ton/Ha/Thn dengan kategori TBE Ringan, hal ini disebabkan perubahan vegetasi hanya terjadi pada saat kegiatan penebangan, setelah itu nyaris tidak dipengaruhi kegiatan lain yang bersifat membuka hutan lagi sehingga keterbukaan hutan eks tebangan relatif kecil. Erosi terbesar pada lokasi jalan logging yaitu 59,86 Ton/Ha/Thn dengan kategori TBE Ringan, hal ini karena pada awalnya jalan logging merupakan areal yang terbuka tanpa penutupan vegetasi secara langsung terutama setelah penebangan atau Et+1. Oleh sebab itu jika terjadi hujan, maka titik–titik air hujan akan langsung mengerus tanah yang ada di jalan logging. Namun erosinya semakin berkurang setelah Et+2 dan Et+3 karena sudah ditumbuhi tanaman cover crop dan vegetasi berkayu lainnya. Untuk mengurangi laju erosi dan tingkat bahaya erosi (TBE) maka sebaiknya melakukan tindakan pengelolaan lingkungan antara lain pembuatan trap-trap erosi, sodetan-sodetan jalan sarad, penanaman fast growing species, sungkai dan cover-crop serta pembersihan jalur tanam semak–semak atau tumbuhan bawah terutama serasah dijadikan mulsa untuk mengurangi laju erosi dan menjaga kelembaban. Erosi yang terjadi di areal PT. Suka Jaya Makmur termasuk kategori TBE Ringan yang mengindikasikan bahwa selama kegiatan pemanfaatan hasil hutan di areal PT. Suka Jaya Makmur tidak berdampak merusak secara signifikan.
8. Inventarisasi Kawasan Pelestarian Plasma Nutfah (KPPN)
Inventarisasi vegetasi dan identifikasi satwa dilaksanakan di Kawasan Peles-tarian Plasma Nutfah (KPPN) berlokasi di areal Blok RKT 1990/1991 yaitu petak GG.49 (50 Ha), GG.50 (100 Ha), GG.51 (100 Ha), GG.52 (50 Ha) seluas 300 Ha dengan hasil jumlah jenis vegetasi di KPPN pada tingkat pohon (tree) 52 jenis, tiang (pole) 33 jenis, pancang (sapling) 15 jenis, semai (seedling) 14 jenis dan semua tingkatan 55 jenis. Sedangkan kerapatan vegetasi tingkat pohon 87 btg/Ha, tiang 164 btg/Ha, pancang 1.223 btg/Ha dan semai 4.590 btg/Ha sehingga semua tingkatan vegetasi telah memenuhi syarat kecukupan permudaan tegakan tinggal. Berdasarkan nilai INP jenis vegetasi yang sangat berperan / berpengaruh di komunitasnya dari tingkat pohon sampai dengan semai adalah jenis meranti merah dan medang, sedangkan jenis lain seperti meranti kuning, bangkirai, tengkawang, kumpang, ubar, pisang-pisang, rengas, sampe dan lain-lain, turut mendominasi (sangat berperan) pada sebagian tingkatan vegetasi namun tidak keseluruhan. Indeks Dominasi (C) vegetasi tingkat pancang dan semai, pola penyebaran jenisnya lebih terpusat/mengelompok dengan kata lain dominasi vegetasi lebih terkonsentrasi pada satu jenis saja. Sedangkan vegetasi tingkat tiang dan pohon pola penyebaran jenisnya lebih tersebar tidak terpusat/mengelompok dengan kata lain dominasi vegetasinya secara bersama-sama oleh beberapa jenis. Indeks Keanekaragaman Jenis (H’) atau Biodiversity pada vegetasi tingkat tiang dan pohon memiliki nilai H’ > 3 berarti keanekaragaman jenisnya termasuk kategori Tinggi sedangkan pada tingkat semai dan pancang memiliki nilai H’ 2 – 3 berarti keanekaragaman jenisnya termasuk kategori Sedang. Indeks Kemerataan/Kelimpahan (Equtability/Evenness) atau (E) pada semua tingkatan vegetasi dari pohon, tiang, pancang dan semai memiliki nilai E > 0,6 termasuk kategori Tinggi, artinya jenis-jenis pada semua tingkatan vegetasi tersebar merata dalam komunitas. Indeks Kekayaan Jenis (Richness) dari Margallef (R1) vegetasi tingkat tiang dan pohon memiliki nilai R1 > 5,0 berarti kekayaan jenisnya termasuk kategori Tinggi, sedangkan tingkat semai dan pancang memiliki nilai R1 < 3,5 berarti kekayaan jenis termasuk kategori Rendah. Jenis–jenis vegetasi yang dilindungi oleh peraturan pemerintah maupun dunia internasional (IUCN dan CITES) terdapat 11 jenis yang semuanya dilindungi oleh IUCN (1 jenis CR, 1 EN, 9 VU), dan tidak ada jenis yang masuk daftar CITES maupun yang dilindungi P.106/2018 dan PP No. 7/1999. Jumlah jenis tumbuhan buah sebagai sumber pakan satwa terdapat 20 jenis atau 36% dari total 55 jenis vegetasi. Jumlah jenis tumbuhan obat atau berfungsi sebagai obat tradisional/lokal (medical plant) ada 72 jenis dengan nama lokal dan nama botani beserta bagian yang digunakan, manfaat/ kegunaan dan cara penggunaannya. Jumlah jenis vegetasi nir-kayu jenis anggrek 8 jenis, palem 6 dan kantong semar nihil serta kerapatan vegetasi anggrek 16,50 N/Ha, palem 15,20 N/Ha dan kantong semar nihil. Anggrek didominasi 5 jenis yang sangat berperan yaitu anggrek bawang, anggrek hitam, anggrek bintang, anggrek bayungan sisandah dan anggrek tebu, sedangkan palem didominasi 3 jenis yaitu rotan, daun payung/daun sang gajah dan rotan kumis harimau/lilin. Indeks Dominasi (C) vegetasi anggrek dan palem, pola penyebaran jenisnya lebih terpusat/ mengelompok atau dominasi vegetasi lebih terkonsentrasi pada satu jenis saja. Indeks Keanekaragaman Jenis (H’) atau Biodiversity pada anggrek memiliki keanekaragaman jenis kategori Sedang dan pada palem memiliki keanekaragaman jenis kategori Rendah. Indeks Kemerataan/Kelimpahan/Equtability/Evennes (E) jenis anggrek dan palem memiliki nilai kemerataan atau kelimpahan jenisnya termasuk kategori Tinggi, berarti jenis-jenis anggrek dan palem tersebar merata dalam komunitas vegetasi. Indeks Kekayaan Jenis (Richness) dari Margallef (R1) anggrek dan palem memiliki kekayaan jenis dengan kategori Rendah yaitu miskin jenisnya. Jenis–jenis vegetasi nir-kayu yang dilindungi oleh peraturan pemerintah maupun dunia internasional (IUCN dan CITES) terdapat 2 jenis, yaitu 1 jenis dari family Orchidaceae yaitu anggrek bulan / ekor tikus denevi (Paraphalaenopsis denevei) dilindungi CITES appendix II dan juga dilindungi P.106 sedangkan 1 jenis dari family Palmae/Arecaceae yaitu daun payung / daun sang gajah (Johannesteijsmannia altifrons) dilindungi berdasarkan P.106. Jumlah jenis satwa keseluruhan ada 81 jenis terdiri dari 28 jenis mamalia, 39 jenis burung dan 14 jenis herpetofauna serta estimasi densitas satwa 22,59 individu/Ha terdiri dari densi-tas mamalia 7,84 individu/Ha, burung 12,17 individu/Ha dan herpetofauna 2,58 individu/Ha. Indeks Keanekaragaman Jenis (H’) semua kelompok satwa (mamalia, burung dan herpetofauna) serta keseluruhannya termasuk kategori Tinggi untuk keanekaragaman jenisnya. Indeks Kemerataan Jenis (E) semua kelompok satwa (mamalia, burung dan herpetofauna) serta keseluruhannya termasuk kategori Tinggi untuk kemerataan atau kelimpahan jenisnya, artinya jenis-jenis satwa hidupnya tersebar merata dalam komunitasnya didalam areal hutan. Indeks Kekayaan Jenis (R1) semua kelompok satwa (mamalia, burung dan herpetofauna) serta keseluruhannya termasuk kategori Tinggi untuk kekayaan jenisnya, artinya satwa-satwa tersebut sangat kaya jenisnya dalam komunitas di hutan. Jumlah jenis satwa keseluruhan yang dilindungi ada 40 jenis terdiri dari kelompok mamalia 21 jenis, burung 14 jenis dan herpetofauna 5 jenis, sedangkan berdasarkan peraturan nasional dan international terdapat 21 jenis dilindungi IUCN, 32 jenis dilindungi CITES dan 30 jenis dilindungi P.106.
9. Monitoring Satwa (Time series)
Monitoring satwa (time series) secara berkelanjutan menggunakan metode Line Transect yang dilaksanakan di blok RKT 2018 sebelum penebangan (ET+0), eks tebangan 1 tahun (ET+1) dan eks tebangan 4 tahun (ET+4) sebanyak 10 petak sampling dengan total plot ukur sebanyak 500 PU dan panjang transek 10.000 meter dengan hasil jumlah jenis satwa relatif sama antara sebelum penebangan dan eks tebangan, ada sedikit penambahan jumlah jenis pada eks tebangan yaitu mamalia +1 jenis, burung +1 jenis, herpetofauna +2 jenis dan keseluruhan +4 jenis dibandingkan kondisi sebe-lum penebangan. Jumlah perjumpaan satwa pada umumnya meningkat signifikan pada semua eks tebangan dan kelompok satwa, yaitu mamalia +119 individu, burung +213 individu, herpetofauna -3 individu dan keselu-ruhan +329 individu dibandingkan kondisi sebelum penebangan. Densitas satwa meningkat signifikan pada semua eks tebangan dan kelompok satwa, yaitu mamalia +1,67 individu/Ha, burung +2,05 individu/Ha, herpetofauna +0,07 individu/Ha dan keseluruhan +3,79 individu/Ha, dibandingkan kondisi sebelum penebangan. Indeks Keanekaragam Jenis (H’) kecenderungan meningkat pada semua kelompok satwa dan keseluruhan, demikian juga kategori indeks yang semuanya masih tetap (stabil) yaitu kategori Tinggi dan kelompok herpetofauna yang meningkat dari kategori Sedang menjadi kategori Tinggi pada kondisi eks tebangan dibandingkan sebelum penebangan. Indeks Kemerataan/kelimpahan Jenis (E) semua kelompok satwa dari mamalia, burung herpetofauna dan keseluruhan mempunyai nilai indeks E > 0,6 pada semua kondisi sebelum penebangan dan eks tebangan yang masuk dalam kategori Tinggi, artinya jenis-jenis pada semua kelompok satwa menyebar merata dalam komunitasnya dan kategorinya masih relatif tetap sama (stabil). Indeks Kekayaan Jenis Margallef (R1) pada kelompok mamalia, burung dan keseluruhan mempunyai nilai indeks R1 > 5 pada semua areal yaitu sebelum penebangan dan eks tebangan, yang masuk dalam kategori Tinggi, artinya banyak memiliki kekayaan jenis dalam komunitasnya. Sedangkan herpetofauna memiliki nilai R1 < 3,5 termasuk kategori Rendah, artinya sedikit memiliki kekayaan jenis dalam komunitas populasinya. Semua kategorinya masih sama dan stabil. Status perlindung-an satwa berdasarkan kelompok satwa, jumlah jenis yang dilindungi relatif stabil dan ada sedikit penambahan pada semua eks tebangan dan semua kelompok satwa yaitu mamalia, burung dan herpetofauna masing-masing +1 jenis dan keseluruhan +3 jenis dibandingkan sebelum penebangan. Status perlindungan satwa berdasarkan peraturan nasional dan internasio-nal, jumlah jenis yang dilindungi relatif stabil namun sedikit penambahan pada semua eks tebangan dan peraturan yaitu IUCN +1 jenis, CITES +1 jenis, P.106 +2 jenis dan keseluruhan +3 jenis dibandingkan sebelum penebangan. Secara umum semua parameter memiliki dampak positif, ini menunjukan bahwa aktivitas pemanenan hutan dengan penerapan prinsip Reduced Impact Logging (RIL) tidak berdam-pak negatif malah sebaliknya ada berdampak positif terhadap perubahan kondisi satwa di areal bekas tebangan.
10. Monitoring Vegetasi (Time series)
Monitoring vegetasi (time series) secara berkelanjutan menggunakan meto-de Strip Transect yang dilaksanakan di blok RKT 2018 sebelum penebang-an (ET+0), eks tebangan 1 tahun (ET+1) dan eks tebangan 4 tahun (ET+4) sebanyak 10 petak sampling dengan total plot ukur sebanyak 500 PU dan luas sampling 20 hektar dengan hasil Jumlah jenis semua tingkatan vege-tasi (semai, pancang, tiang dan pohon) pada kondisi sebelum penebangan terdapat 61 jenis dan eks tebangan 60 jenis. Secara keseluruhan pada kondisi eks tebangan terjadi penurunan 1 jenis dibandingkan sebelum penebangan. Kerapatan jenis semua tingkatan vegetasi pada kondisi eks tebangan secara umum terjadi penurunan dibandingkan sebelum penebangan namun semuanya masih memenuhi ambang batas yang dipersyaratkan sesuai standar kecukupan tegakan tinggal jenis komersil. Jumlah jenis vegetasi INP > 15 pada lokasi eks tebangan terjadi penurunan 1 jenis pada semua tingkatan vegetasi dibandingkan sebelum penebangan yaitu pada tingkat pohon dan secara keseluruhan vegetasi kelompok komersil yang mendominasi relatif sama jenisnya antara sebelum dan setelah pemanenan hutan. Pola pemusatan / Indeks Dominasi (C) vegetasi tingkat semai dan pancang pola penyebaran jenisnya lebih terpusatkan/ mengelompok atau dominasi vegetasi lebih terkonsentrasi pada satu jenis. Sebaliknya vegetasi tingkat tiang dan pohon pola penyebarannya lebih tersebar tidak terpusat/mengelompok atau dominasi vegetasi secara bersama-sama oleh beberapa jenis, sehingga faktor pemanenan hutan tidak mengubah / mempengaruhi pola pemusatan jenis vegetasi, yang terbukti dari pola pemusatan jenis vegetasi yang tidak berubah atau tetap (stabil) pada kondisi hutan sebelum penebangan dan eks tebangan. Indeks Keanekaragaman Jenis (H’) pada tingkat semai dan pancang pada hutan sebelum penebangan dan eks tebangan termasuk kategori Sedang. Tingkat tiang dan pohon termasuk kategori Tinggi, serta secara keseluruhan tingkatan vegetasi termasuk kategori Tinggi, sehingga secara keseluruhan tingkatan vegetasi, keanekaragaman jenisnya sangat banyak dalam komunitas vegetasi. Ini menunjukan bahwa faktor pemanenan hutan tidak menurunkan indeks H’ dan kategori keanekaragaman jenis tidak berubah (tetap/stabil) pada kondisi sebelum dan setelah pemanenan hutan. Indeks Kemerataan/Kelimpahan (E) pada semua tingkatan yaitu semai, pancang, tiang dan pohon pada kondisi sebelum penebangan dan eks tebangan semuanya termasuk kategori Tinggi, menandakan jenis vegetasi tersebar merata dan sangat melimpah/merata dalam komunitasnya. Ini mengindikasi-kan faktor pemanenan hutan tidak menurunkan indeks E dan kategori kemerataan/kelimpahan jenis tidak berubah (tetap/stabil) pada kondisi sebelum dan setelah pemanenan hutan. Indeks Kekayaan Jenis (Richness) Margallef (R1) pada tingkat semai dan pancang pada kondisi sebelum penebangan dan eks tebangan termasuk kategori Rendah, sedangkan tingkat tiang dan pohon termasuk kategori Tinggi. Ini memperlihatkan faktor pemanenan hutan tidak menurunkan indeks R1 dan kategori kekayaan jenis tidak berubah (tetap/stabil) pada hutan sebelum dan setelah pemanenan hutan. Status Perlindungan Vegetasi, semua termasuk dalam perlindungan IUCN, tidak ada vegetasi yang dilindungi CITES dan P.106. Ada terjadi penurunan 1 jenis yaitu dari 12 jenis pada kondisi sebelum penebangan menjadi 11 jenis pada eks tebangan. Penurunan 1 jenis dinilai tidak berpengaruh signifikan terhadap keseluruhan komunitas karena tingginya nilai indeks keanekaragaman jenisnya. Ini menunjukan rendahnya dampak negatif kegiatan pemanenan hutan produksi dengan penerapan RIL di lapangan, sehingga tidak mengubah signifikan jumlah jenis vegetasi yang dilindungi. Jumlah jenis vegetasi nir-kayu pada kondisi sebelum penebang-an dan eks tebangan jumlah-nya sama (tetap/stabil) 11 jenis, terdiri dari anggrek 6 jenis, palem 5 jenis. Kerapatan Jenis semua vegetasi nir-kayu anggrek dan palem pada kondisi sebelum penebangan dan eks tebangan, kerapatan jenisnya sama (tetap/stabil) sehingga pemanenan hutan produksi tidaklah berpengaruh signifikan terhadap penurunan kerapatan jenisnya. Jumlah jenis vegetasi nir-kayu INP > 15 pada kondisi sebelum penebangan dan eks tebangan, jumlahnya sama (tetap/stabil) yaitu anggrek 5 jenis, palem 4 jenis dan kantong semar nihil serta secara keseluruhan vegetasi nir-kayu 9 jenis. Kestabilan jumlah jenis INP > 15 yang tampak dari tidak adanya perubahan jumlah jenis yang ditemukan pada kondisi sebelum penebangan dan eks tebangan. Pola pemusatan / Indeks Dominasi (C) pada kondisi sebelum penebangan dan eks tebangan semua vegetasi nir-kayu jenis anggrek dan palem mempunyai pola penyebaran jenis lebih terpusatkan atau mengelompok atau dominasi vegetasi lebih terkonsentrasi pada satu jenis. Ini menunjukan bahwa faktor pemanenan hutan tidak mengubah/mempengaruhi pola pemu-satan jenis vegetasi nir-kayu, yang terbukti dari pola pemusatan jenis dan nilai Indeks Dominasi (C) tidak berubah (tetap/stabil) pada hutan sebelum penebangan dan eks tebangan. Indeks Keanekaragaman Jenis (H’) anggrek termasuk kategori Sedang dan palem termasuk kategori Rendah pada kondisi sebelum penebangan dan eks tebangan. Ini menunjukan bahwa faktor pemanenan hutan tidak mengubah atau menurunkan nilai H’ dan kategorinya yang tidak berubah (tetap/stabil) pada kondisi sebelum penebangan dan eks tebangan. Indeks Kemerataan/Kelimpahan (E) anggrek dan palem termasuk kategori Tinggi pada kondisi sebelum penebangan dan eks tebangan. Ini memperlihatkan bahwa faktor pemanenan hutan tidak menurunkan E dan kategori kemerataan/kelimpahan jenis tidak berubah (tetap/ stabil) pada kondisi sebelum penebangan dan eks tebangan. Indeks Kekayaan Jenis (Richness) Margallef (R1) vegetasi anggrek dan palem termasuk kategori Rendah pada kondisi sebelum penebangan dan eks tebangan, dan kategori R1 tidak berubah (tetap/stabil) pada kondisi sebelum penebangan dan eks tebangan menunjukan faktor pemanenan hutan tidak mempengaruhi secara signifikan perubahan Indeks Kekayaan Jenis (Richness) Margallef (R1). Status Perlindungan Vegetasi Nir-Kayu yang dilindungi oleh pemerintah maupun dunia internasional (IUCN dan CITES) terdapat 2 jenis, terdiri dari 1 jenis dari family Orchidaceae yaitu anggrek tebu (Gramatophyllum speciosum) dan 1 jenis dari family Palmae/Arecaceae yaitu daun payung (Johannesteijsmannia altifrons) yang dilindungi Peraturan Menteri LHK Nomor 106 Tahun 2018, pada kondisi sebelum penebangan dan eks tebangan. Ini memperlihatkan bahwa faktor pemanenan hutan tidak mengubah jumlah dan jenis vegetasi nir-kayu yang dilindungi, terlihat dari jumlah dan jenis yang dilindungi masih sama (tetap/stabil) pada kondisi sebelum penebangan dan eks tebangan.
11. Petak Ukur Permanen (PUP)
Monitoring pertumbuhan riap tegakan hutan alam dilaksanakan pada petak ukur permanen (PUP) di petak QQ.44 yang merupakan PUP Seri III dengan hasil riap pertumbuhan diameter berdasarkan kelompok Jenis Komersil pada Plot Perlakuan rerata riap diameternya adalah 0,56 Cm/Tahun dan Plot Non Perlakuan adalah 0,41 Cm/Tahun serta rerata riap pertumbuhan diameter secara keseluruhan adalah 0,48 Cm/Tahun. Riap pertambahan volume PUP berdasarkan kelompok Jenis Komersil pada Plot Perlakuan rerata riap volumenya adalah 1,45 M3/Ha/Tahun dan Plot Non Perlakuan adalah 1,20 M3/ Ha/Tahun serta rerata riap pertambahan volume secara keseluruhan adalah 1,33 M3/Ha/Tahun. Riap pertambahan volume PUP berdasarkan kelompok niagawi / perdagangan terdiri dari Kelompok Meranti, Rimba Campuran dan Kayu Indah dengan riap pertambahan volume secara keseluruhan adalah 1,33 M3/Ha/Tahun didominasi Kelompok Rimba Campuran 2,09 M3/Ha/Tahun, Meranti 1,52 M3/Ha/Tahun dan Kayu Indah 0,36 M3/Ha/Tahun. Pada Riap Diameter, kelas diameter 10 – 19 Cm, 20 – 39 Cm, 40 – Up, Jenis Komersil dan Non Komersil, semuanya mempunyai riap diameter dibawah 1 Cm/Tahun. Pada pada kelas diameter 40 cm – Up (kategori pohon produksi), kelompok Jenis Komersil mempunyai rerata riap 0,48 Cm/Tahun. Pada Riap Volume, kelas diameter 20 – 39 Cm, 40 – Up, Kelompok Jenis Komersil mempunyai riap volume tahunan (M3/Ha/Tahun) diatas 1 M3/Ha/Tahun, sedangkan pada kelas diameter 10 – 19 Cm Kelompok Jenis Komersil dan semua kelas diameter Jenis Non Komersil riapnya dibawah 1 M3/Ha/Tahun. Dalam perhitungan etat volume, berdasarkan asas prinsip kehati-hatian perusahaan dapat menggunakan riap volume sama dengan 1 M3/Ha/Tahun atau dibawah 1 M3/Ha/Tahun. Trend riap diameter (Cm/Tahun) pada Plot Perlakuan, Plot Non Perlakuan dan Plot Keseluruhan (PUP Total) pada umumnya mempunyai kecenderungan riap yang relatif stabil pada semua kelas diameter baik pada kelompok jenis komersil maupun jenis non komersil. Trend riap volume (M3/Ha/Tahun) pada Plot Perlakuan, Plot Non Perlakuan dan Plot Keseluruhan (Total) bahwa kelompok jenis komersil pertumbuhan riap volumenya mempunyai kecenderungan stabil dengan rerata riap volume melebihi standar riap nasional hutan hujan tropis yaitu 1 M3/Ha/Tahun. Trend riap volume kayu perdagangan, Kelompok Rimba Campuran dan Meranti mempunyai kecenderungan riap volumenya (M3/Ha/Tahun) jauh lebih besar dibandingkan Kelompok Kayu Indah. Prosentase hidup tegakan pada PUP Perlakuan adalah 94,2% dan PUP Non Perlakuan adalah 95,3% serta plot keseluruhaan PUP adalah 94,7%. Sedangkan prosentase kematian tegakan pada PUP Perlakuan adalah 5,8% dan PUP Non Perlakuan adalah 4,7% serta plot keseluruhan PUP adalah 5,3%. Kerapatan tegakan PUP jenis komersil tingkatan permudaan tiang kelas diameter 10 – 19 Cm adalah 88 Btg/Ha, pohon inti kelas diameter 20 – 39 Cm adalah 118 Btg/Ha dan pohon produksi kelas diameter 40 Cm – Up adalah 52 Btg/Ha. Hasil kerapatan PUP ini memenuhi standar kecukupan permudaan tegakan tinggal jenis komersil yaitu permudaan tiang minimal 75 Btg/Ha dan pohon 25 Btg/Ha. Volume tegakan PUP jenis komersil keseluruhan adalah 187,14 M3/Ha, terdiri dari volume tegakan permudaan tiang kelas diameter 10 – 19 Cm adalah 12,54 M3/Ha, pohon inti kelas diameter 20 – 39 Cm adalah 55,66 M3/Ha dan pohon produksi kelas diameter 40 Cm Up adalah 118,94 M3/Ha. Tidak ada perbedaan hasil signifikan antara PUP plot Perlakuan dan Non Perlakuan.